SEMUA BERAWAL DARI... (kata itu diberi nama CINTA)

DIsarankan ...

aaaku. Powered by Blogger.

PROLOG

Tri Sulistyo Sebelumnya aku sampekan maap se-gede2-nya, kalo mungkin aja tulisan ato postingan banyak dari copas punya senior2 dan aku lupa ambilnya. Hingga gak aku cantumin sumbernya. Cuman satu yang aku yakinin bila bila senior semua ikhlas...
> > Kisah Kesabaran

Kisah Kesabaran

|
Walau harus kehilangan satu kaki dan satu anak, namun Urwah tetap sabar. la malah bersyukur karena Allah ma­sih menyisakan satu kaki dan anak-anaknya yang lain. Subhanallah, kesabarannya ini tentu patut diteladani.

ABU Abdillah atau Urwah bin Zubair bin AI Awwam adalah di antara sederet tabiin yang me­miliki kucuran mata air hikmah untuk generasi umat sesudah beliau. Adik dari Abdullah bin Zubair ini memberikakan pelajaran tentang nilai se­buah kesabaran.

Suatu hari cucu Abu Bakar Ash Shiddiq ini mendapat tugas untuk menemui Khalifah AI Walid bin ‘Abdil Malik di ibukota kekhali­fahan, yaitu Damaskus di negeri Syam. Bersama dengan rom­bongan, Urwah akan menem­puh perjalanan dari Madinah menuju Damaskus yang saat ini menjadi negara Yordania.

Ketika melewati Wadil Qura, sebuah daerah yang be­lum jauh dari Madinah, telapak kaki kiri beliau terluka. Tabiin yang lahir pada tahun 23 Hijriyah ini menganggap lukanya biasa. Ternyata, luka tersebut menanah dan terus menjalar ke bagian atas kaki Urwah.

Setibanya di istana AI Walid, luka di kaki kiri Urwah tersebut sudah mu­lai membusuk hingga betis. Urwah pun mendapatkan pertolongan dari Khali­fah AI Walid yang memerintahkan sejumlah dokter untuk memberikan perawatan.

LUKA DI KAKI
Setelah rnelalui beberapa peme­riksaan, para dokter yang memeriksa salah seorang murid dari Aisyah binti Abu Bakar ini mempunyai satu kesimpulan. Kaki kiri Urwah harus diamputasi agar luka yang membusuk tidak terus menjalar ke tubuh. Urwah menerima keputusan tim dokter ini dan dimulailah operasi amputasi. Seorang dokter menyuguhkan Ur­wah semacam obat bius agar operasi amputasi tidak terasa sakit. Saat itu, Urwah meno­lak dengan halus.

Beliau mengatakan, "Aku tidak akan me­minum suatu obat yang menghilangkan akalku sehingga aku tidak lagi mengenal Allah, walaupun untuk sesaat."

Mendengar itu, para dokter pun menjadi ragu untuk melakukan amputasi. Saat itu juga, Urwah mengatakan, "Si­lakan kalian potong kakiku. Selama ka­lian melakukan ope­rasi, aku akan salat agar sakitnya tidak sempat kurasakan."

Melihat pengala­man yang tidak meng­enakkan dari seorang cucu sahabat terkenal itu, Khalifah AI Walid menghampiri Urwah yang masih terbaring. la mencoba untuk menghibur. Tapi, de­ngan senyum, Urwah meng­ucapkan sebuah kalimat, "Ya Allah, segala puji hanya untuk­ Mu. Sebelum ini, aku memiliki dua kaki dan dua tangan, kemudian Eng­kau ambil satu. Alhamdulillah Engkau masih menyisakan yang lain. Dan walaupun Engkau telah memberikan musibah kepadaku, namun masa sehatku masih lebih panjang dari hari-hari sakit ini. Se­gala puji hanya untuk-Mu atas apa yang telah Engkau ambil dan atas apa yang telah Engkau berikan kepadaku dari masa sehat."

ANAK MENINGGAL
Mendengar itu, Khalifah AI Walid ber­kata, "Belum pernah sekalipun aku me­lihat seorang tokoh yang kesabarannya seperti dia."

Beberapa saat setelah itu, tim dokter memperlihatkan potongan kaki yang di­amputasi itu kepada Urwah. Melihat po­tongan kakinya, beliau mengatakan, "Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengeta­hui, tidak pernah sekalipun aku melang­kahkan kakiku itu ke arah kemaksiatan."

Ujian yang Allah berikan kepada Ur­wah tidak sampai di situ. Malam itu juga, bersamaan dengan telah selesainya op­erasi pemotongan kaki, Urwah mendapat kabar bahwa salah seorang putra beliau yang bernama Muhammad, putra kesaya­ngannya, meninggal dunia. Muhammad meninggal karena sebuah kecelakaan: di­tendang oleh kuda sewaktu sedang ber­main-main di dalam kandang kuda.

Dalam keheningan malam itu, Urwah berucap pada dirinya sendiri, "Segala puji hanya milik Allah, dahulu aku memiliki tujuh orang anak, kemudian Engkau ambil satu dan masih Kau sisakan enam. Walau­pun Engkau telah memberikan musibah kepadaku, hari-hari sehatku masih lebih panjang dari masa pembaringan ini. Dan walaupun Engkau telah mengambil salah seorang anakku, sesungguhnya Engkau masih menyisakan yang lain."
Bookmark and Share
Terima kasih Anda telah membaca Kisah Kesabaran. Mungkin Anda tertarik ingin membaca artikel ©Kejahatan dan Kemuliaan yang lainya?

Ditulis Oleh : tri sulistyo ~ Kejahatan dan Kemuliaan berawal dari CINTA

Tri Sulistyo Sobat sedang membaca artikel tentang Kisah Kesabaran ini dipublish pada hari 20 November 2012. Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda. Oleh Admin, Sobat diperbolehkan mengcopy paste atau menyebar-luaskan artikel ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya

Ingin artikel seperti Kisah Kesabaran diatas langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan :

0 Comments
Tweets
Komentar

Post a Comment

Lebih Bijak jika anda berkomentar..

DAFTAR ISI
Widget by Putra Q-Ae