SEMUA BERAWAL DARI... (kata itu diberi nama CINTA)

DIsarankan ...

aaaku. Powered by Blogger.

PROLOG

Tri Sulistyo Sebelumnya aku sampekan maap se-gede2-nya, kalo mungkin aja tulisan ato postingan banyak dari copas punya senior2 dan aku lupa ambilnya. Hingga gak aku cantumin sumbernya. Cuman satu yang aku yakinin bila bila senior semua ikhlas...
> > Babad MADIUN (bagian 16)

Babad MADIUN (bagian 16)

|
3.   Tanah Perdikan Kuncen Caruban

Istilah Caruban mungkin bermakna “Campuran” disini dahulu tempat berkumpulnya semua golongan masyarakat mulai dari petani, bangsawan, pejabat untuk adu jago, maka tempat ini kemudian disebut Caruban. Caruban merupakan wilayah pedesaan yang sangat tua, disini juga pernah menjadi ibukota pemerintahan Kabupaten.

Pada perang Trunojoyo, Caruban pertama kali dilalui pasukan tempur Kompeni dibawah pimpinan Jendral Hurd dengan 214 tentara Belanda, 1.000 prajurit Mataram. Tanggal 5 Oktober 1678 mereka menyeberangi Sungai Madiun di Desa Kajang kemudian lewat Caruban menuju ke lereng Gunung Kelud, Kediri.
Pada masa pemberontakan Untung Suropati terhadap Kompeni Belanda tahun 1684, dilanjutkan perebutan tahta Kasunanan Kartosuro antara Sunan Mas dengan Pamannya Pangeran Puger, rakyat Caruban ikut andil dalam memerangi Kompeni Belanda di bawah pimpinan Demang Tampingan bergabung dengan Pangeran Mangkunegoro IV, Bupati Madiun.
Desa Krajan merupakan pusat pemerintahan Kabupaten di Caruban.
Bupati Caruban bernama
1.    Raden Cokrokusumo I atau Tumenggung Alap-alap, beliau semula pegawai tinggi dari Kasultanan Demak, putra sulung Raden Pecattondo II, Raden Pecattondo I sebagai Adipati Terung (wilayah Majapahit terakhir)
2.    Raden Cokrokusumo II berjuluk Tumenggung Emprit Gantil,
3.    Raden Tumenggung Notosari. Bupati Raden Tumenggung Notosari adalah putra Bupati Jipang yaitu, Raden Tumenggung Purwowidjoyo (putra Susuhunan Paku Buwono I dari garwa selir).
Dari perintah Bupati Notosari inilah kemungkinan salah satu desa di Caruban yang bernama “Kuncen” selatan Desa Sidodadi dijadikan Desa Perdikan, yaitu sebagai tempat makam keluarga Bupati Raden Tumenggung Notosari dan para pengikutnya. Piagam keperdikaan desa ini menunjukan tahun wawu 1627 saka atau 1705 masehi oleh Susuhunan Paku Buwono I.
4.    Raden Tumenggung Wignyosubroto putra bupati sebelumnya, memindahkan ibukota kabupaten ke arah Caruban sekarang atau disebut Desa Tompowijayan atau Bangunsari sekarang.
5.    Raden Tumenggung Djayengrono, putra Bupati Ponorogo yang bernama Pangeran Pedanten, Beliau kawin dengan putri Pangeran Mangkudipuro Bupati yang dipindah oleh Sultan Hamengku Buwono I dari Madiun ke Caruban.
Jadi Desa Kuncen Caruban ditetapkan sebagai Desa Perdikan karena disitu di makamkan para Bupati dan bangsawan keturunan dari Kasunanan Kartosuro. Para Bupati yang di makamkan disini yaitu:
1.    Raden Cokrokusumo I,
2.    Raden Cokrokusumo II,
3.    Raden Tumenggung Notosari,
4.    Raden Tumenggung Wignyosubroto,
5.    Pangeran Mangkudipuro,
6.    Raden Tumenggung Djayengrono.
Bookmark and Share
Terima kasih Anda telah membaca Babad MADIUN (bagian 16). Mungkin Anda tertarik ingin membaca artikel ©Kejahatan dan Kemuliaan yang lainya?

Ditulis Oleh : tri sulistyo ~ Kejahatan dan Kemuliaan berawal dari CINTA

Tri Sulistyo Sobat sedang membaca artikel tentang Babad MADIUN (bagian 16) ini dipublish pada hari 27 September 2012. Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda. Oleh Admin, Sobat diperbolehkan mengcopy paste atau menyebar-luaskan artikel ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya

Ingin artikel seperti Babad MADIUN (bagian 16) diatas langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan :

0 Comments
Tweets
Komentar

Post a Comment

Lebih Bijak jika anda berkomentar..

DAFTAR ISI
Widget by Putra Q-Ae