SEMUA BERAWAL DARI... (kata itu diberi nama CINTA)

DIsarankan ...

aaaku. Powered by Blogger.

PROLOG

Tri Sulistyo Sebelumnya aku sampekan maap se-gede2-nya, kalo mungkin aja tulisan ato postingan banyak dari copas punya senior2 dan aku lupa ambilnya. Hingga gak aku cantumin sumbernya. Cuman satu yang aku yakinin bila bila senior semua ikhlas...

BALAJAR CARA MEN DESAIN BUSANA (BAG 1)

Desain Busana

Bagi teman-teman yang ingin bisa mendisain busana sendiri, disini saya akan berbagi tentang cara mendisain busana sendiri. Tulisan ini terdiri dari 9 bagian dari mulai mengenal pengertian desain, unsur-unsur desain, cara menggambar bagian-bagian tubuh dalam desain, cara menggambar bagian-bagian busana sampai pada pewarnaan gambar. Semoga artikel ini bisa membantu teman-teman, paling tidak saat mau ke penjahit teman-teman bisa menggambar sendiri model pakaian yang teman-teman inginkan dan si penjahit juga tidak kesulitan untuk memahami model pakaian yang teman-teman maksudkan. Akhirnya Selamat mencoba, dan jangan mudah putus asa ya...!


Busana dan pelengkap (milineris dan asesoris) yang kita pakai setiap hari dibuat tidak asal jadi, tetapi berdasarkan pola atau rancangan tetentu yang disebut dengan desain. Semakin maju tingkat kehidupan masyarakat, semakin banyak memerlukan peran desain, semakin tinggi selera masyarakat semakin tinggi pula tuntutan kecermatan desainnya. Hal ini disebabkan karena dalam berbusana manusia selalu menuntut dua nilai sekaligus, yaitu nilai jasmaniah berupa enak dan nyaman dipakai dan nilai rohaniah berupa keindahan dan keanggunan.
Desain busana merupakan pengetahuan dasar bagi seorang calon desainer. Pada desain busana ini akan dijelaskan tentang pengertian desain busana, jenis-jenis desain, unsur-unsur desain, prinsip-prinsip desain, alat dan bahan yang dibutuhkan untuk mendesain, desain anatomi tubuh, teknik menggambar bagian-bagian busana dan teknik pewarnaan, dan penyelesaian desain.
Sebuah desain tidak mungkin tercipta tanpa ada unsur-unsur pembentuknya, dan tidak akan indah atau menarik dilihat tanpa mempertimbangkan prinsip-prinsip desain. Apa saja yang tergolong pada unsur dan prinsip desain ini akan dibahas secara mendalam pada bab ini. Dengan pengetahuan tentang desain ini, diharapkan seorang calon desainer dapat membuat desain busana dengan baik dan benar.
Desain tidak hanya sekedar gambar saja, tetapi dengan desain seseorang dapat membuat pakaian mulai dari mengambil ukuran, membuat pola, pecah pola, menggunting sampai menjahit pakaian. Dengan kata lain, desain merupakan pedoman seseorang dalam mewujudkan pakaian ke bentuk sebenarnya. Jadi, jelaslah bahwa desain memegang peranan penting dalam pembuatan suatu pakaian.


A. Pengertian Desain
Desain berasal dari bahasa Inggris (design) yang berarti ”rancangan, rencana atau reka rupa”. Dari kata design muncullah kata desain yang berarti mencipta, memikir atau merancang. Dilihat dari kata benda, ”desain” dapat diartikan sebagai rancangan yang merupakan susunan dari garis, bentuk, ukuran, warna, tekstur, dan value dari suatu benda yang dibuat berdasarkan prinsip-prinsip desain. Selanjutnya, dilihat dari kata kerja, desain dapat diartikan sebagai proses perencanaan bentuk dengan tujuan supaya benda yang dirancang mempunyai fungsi atau berguna serta mempunyai nilai keindahan.
Desain merupakan pola rancangan yang menjadi dasar pembuatan suatu benda seperti busana. Desain dihasilkan melalui pemikiran, pertimbangan, perhitungan, cita, rasa, seni, serta kegemaran orang banyak yang dituangkan di atas kertas berwujud gambar. Desain ini mudah dibaca atau dipahami maksud dan pengertiannya oleh orang lain sehingga mudah diwujudkan ke bentuk benda yang sebenarnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa desain merupakan bentuk rumusan dari suatu proses pemikiran, pertimbangan, dan perhitungan dari desainer yang dituangkan dalam wujud gambar. Gambar tersebut merupakan pengalihan gagasan atau pola pikir konkret dari perancang kepada orang lain. Setiap busana adalah hasil pengungkapan dari sebuah proses desain.

B. Jenis-Jenis Desain

Secara umum desain dapat dibagi 2, yaitu desain struktur (structural design) dan desain hiasan (decorative design).

1. Desain Struktur (Structural Design)
Desain struktur pada busana disebut juga dengan siluet busana (silhouette). Siluet adalah garis luar dari suatu pakaian, tanpa bagian-bagian atau detail seperti lipit, kerut, kelim, kup, dan lain-lain. Namun jika detail ini ditemukan pada desain struktur, fungsinya hanyalah sebagai pelengkap.
Berdasarkan garis-garis yang dipergunakan, siluet dapat dibedakan atas beberapa bagian yang ditunjukkan dalam bentuk huruf. Dalam bidang busana dikenal beberapa siluet, yaitu:
a. Siluet A
Merupakan pakaian yang mempunyai model bagian atas kecil, dan bagian bawah besar. Bisa juga tidak mempunyai lengan.
b. Siluet Y
Merupakan model pakaian dengan model bagian atas lebar tetapi bagian bawah atau rok mengecil.

c. Siluet I
Merupakan pakaian yang mempunyai model bagian atas besar atau lebar, bagian badan atau tengah lurus dan bagian bawah atau rok besar.

d. Siluet S
Merupakan pakaian yang mempunyai model dengan bagian atas besar, bagian pinggang kecil dan bagian bawah atau rok besar.

e. Siluet T
Merupakan pakaian yang mempunyai desain garis leher kecil, ukuran lengan panjang dan bagian bawah atau rok kecil.

f. Siluet L
Merupakan bentuk pakaian variasi dari berbagai siluet, dapat diberikan tambahan dibagian belakang dengan bentuk yang panjang/drapery. Bentuk ini biasanya terlihat pada pakaian pengantin barat.


2. Desain Hiasan (Decorative Design)
Desain hiasan pada busana mempunyai tujuan untuk menambah keindahan desain struktur atau siluet. Desain hiasan dapat berupa krah, saku, renda, sulaman, kancing hias, bus, dan lain-lain.
Desain hiasan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut, yaitu:
a. Hiasan harus dipergunakan secara terbatas atau tidak berlebihan.
b. Letak hiasan harus disesuaikan dengan bentuk strukturnya.
c. Cukup ruang untuk latar belakang, yang memberikan efek kesederhanaan dan keindahan terhadap desain tersebut.
d. Bentuk latar belakang harus dipelajari secara teliti dan sama indahnya dengan penempatan pola-pola pada benda tersebut.
e. Hiasan harus cocok dengan bahan desain strukturnya dan sesuai dengan cara pemeliharaannya.


ARTIKEL TERKAIT :

  1. BALAJAR CARA MENDESAIN BUSANA (BAG 1) - Desain Busana 
  2. BALAJAR CARA MENDESAIN BUSANA (BAG 2) - Unsur-unsur Desain Busana
  3. BALAJAR CARA MENDESAIN BUSANA (BAG 3) - Prinsip-Prinsip Desain Busana
  4. BALAJAR CARA MENDESAIN BUSANA (BAG 4) - Alat dan Bahan Untuk Mendesain
  5. BALAJAR CARA MENDESAIN BUSANA (BAG 5) - Anatomi Tubuh untuk Desain
  6. BALAJAR CARA MENDESAIN BUSANA (BAG 6) - Menggambar Bagian-bagian Tubuh
  7. BALAJAR CARA MENDESAIN BUSANA (BAG 7) - Gerakan Tubuh pada Desain Busana
  8. BALAJAR CARA MENDESAIN BUSANA (BAG 8) - Menggambar Bagian-Bagian Busana
  9. BALAJAR CARA MENDESAIN BUSANA (BAG 9) - Pewarnaan dan Penyelesaian Gambar 
 
 
Sumber http://anaarisanti.blogspot.com

BALAJAR CARA MEN DESAIN BUSANA (BAG 2)

UNSUR-UNSUR DESAIN BUSANA

Bagi teman-teman yang ingin bisa mendisain busana sendiri, disini saya akan berbagi tentang cara mendisain busana sendiri. Tulisan ini terdiri dari 9 bagian dari mulai mengenal pengertian desain, unsur-unsur desain, cara menggambar bagian-bagian tubuh dalam desain, cara menggambar bagian-bagian busana sampai pada pewarnaan gambar. Semoga artikel ini bisa membantu teman-teman, paling tidak saat mau ke penjahit teman-teman bisa menggambar sendiri model pakaian yang teman-teman inginkan dan si penjahit juga tidak kesulitan untuk memahami model pakaian yang teman-teman maksudkan. Akhirnya Selamat mencoba, dan jangan mudah putus asa ya...!


Unsur-Unsur Desain

Seorang desainer adalah seorang seniman yang mengekspresikan ide dan kreatifitasnya dalam bentuk rancangan busana. Suatu rancangan tercipta melalui suatu proses totalitas berfikir dengan memadukan ilmu seni rupa dengan unsur-unsur lain yang mendukung. Unsur desain merupakan unsur-unsur yang digunakan untuk mewujudkan desain sehingga orang lain dapat membaca desain tersebut. Maksud unsur disini adalah unsur-unsur yang dapat dilihat atau sering disebut dengan unsur visual. Unsur-unsur desain ini terdiri atas garis, arah, bentuk, tekstur, ukuran, value, dan warna. Melalui unsur-unsur visual inilah seorang perancang dapat mewujudkan rancangannya.

1. Garis
Garis merupakan unsur yang paling tua yang digunakan manusia dalam mengungkapkan perasaan atau emosi. Yang dimaksud dengan unsur garis ialah hasil goresan dengan benda keras di atas permukaan benda alam (tanah, pasir, daun, batang, pohon dan sebagainya) dan benda-benda buatan (kertas, dinding, papan dan sebagainya). Melalui goresan-goresan berupa unsur garis tersebut seseorang dapat berkomunikasi dan mengemukakan pola rancangannya kepada orang lain. Ada 2 jenis garis sebagai dasar dalam pembuatan bermacam-macam garis, yaitu:
a. Garis Lurus
Garis lurus adalah garis yang jarak antara ujung dan pangkalnya mengambil jarak yang paling pendek. Garis lurus merupakan dasar untuk membuat garis patah dan bentuk-bentuk bersudut. Apabila diperhatikan dengan baik, akan terasa bahwa macam-macam garis ini memberikan kesan yang berbeda pula. Kesan yang ditimbulkan garis ini disebut watak garis.
b. Garis Lengkung
Garis lengkung adalah jarak terpanjang yang menghubungkan dua titik atau lebih. Garis lengkung ini berwatak lebih dinamis dan luwes.


Setiap garis memberi kesan tertentu yang dinamakan sifat/watak garis. Adapun sifat-sifat dari garis, yaitu:
a. Sifat Garis Lurus
Garis lurus mempunyai sifat kaku dan memberi kesan kokoh, sungguh-sungguh dan keras, namun dengan adanya arah sifat garis dapat berubah seperti:
1) Garis lurus tegak memberikan kesan keluhuran
2) Garis lurus mendatar memberikan kesan tenang
3) Garis lurus miring/diagonal merupakan kombinasi dari sifat garis vertikal
dan horizontal yang mempunyai sifat lebih hidup (dinamis).
b. Sifat Garis Lengkung
Garis lengkung memberi kesan luwes, kadang-kadang bersifat riang dan gembira. Dalam bidang busana garis mempunyai fungsi:
1) Membatasi bentuk struktur atau siluet.
2) Membagi bentuk struktur ke dalam bagian-bagian pakaian untuk menentukan model pakaian.
3) Memberikan arah dan pergerakan model untuk menutupi kekurangan bentuk tubuh, seperti garis princes, garis empire, dan lain-lain.

2. Arah
Pada benda apa pun, dapat kita rasakan adanya arah tertentu, misalnya mendatar, tegak lurus, miring, dan sebagainya. Arah ini dapat dilihat dan dirasakan keberadaannya. Hal ini sering dimanfaatkan dalam merancang benda dengan tujuan tertentu. Misalnya dalam rancangan busana, unsur arah pada motif bahannya dapat digunakan untuk mengubah penampilan dan bentuk tubuh si pemakai. Pada bentuk tubuh gemuk, sebaiknya menghindari arah mendatar karena dapat menimbulkan kesan melebarkan. Begitu juga dalam pemilihan model pakaian, garis hias yang digunakan dapat berupa garis princes atau garis tegak lurus yang dapat memberi kesan meninggikan atau mengecilkan orang yang bertubuh gemuk tersebut.


3. Bentuk
Setiap benda mempunyai bentuk. Bentuk adalah hasil hubungan dari beberapa garis yang mempunyai area atau bidang dua dimensi (shape). Apabila bidang tersebut disusun dalam suatu ruang, maka terjadilah bentuk tiga dimensi atau form. Jadi, bentuk dua dimensi adalah bentuk perencanaan secara lengkap untuk benda atau barang datar (dipakai untuk benda yang memiliki ukuran panjang dan lebar), sedangkan tiga dimensi adalah yang memiliki panjang, lebar dan tinggi.
Berdasarkan jenisnya, bentuk terdiri atas bentuk naturalis atau bentuk organik, bentuk geometris, bentuk dekoratif dan bentuk abstrak. Bentuk naturalis adalah bentuk yang berasal dari bentuk-bentuk alam seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, dan bentukbentuk alam lainnya. Bentuk geometris adalah bentuk yang dapat diukur dengan alat pegukur dan mempunyai bentuk yang teratur, contohnya bentuk segi empat, segi tiga, bujur sangkar, kerucut, lingkaran, dan lain sebagainya. Sedangkan bentuk dekoratif merupakan bentuk yang sudah diubah dari bentuk asli melalui proses stilasi atau stilir yang masih ada ciri khas bentuk aslinya. Bentuk-bentuk ini dapat berupa ragam hias pada sulaman atau hiasan lainnya yang mana bentuknya sudah tidak seperti bentuk sebenarnya. Bentuk ini lebih banyak dipakai untuk menghias bidang atau benda tertentu. Bentuk abstak merupakan bentuk yang tidak terikat pada bentuk apa pun, tetapi tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip desain.

4. Ukuran
Ukuran merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi desain pakaian ataupun benda lainnya. Unsur-unsur yang dipergunakan dalam suatu desain hendaklah diatur ukurannya dengan baik agar desain tersebut memperlihatkan keseimbangan. Apabila ukurannya tidak seimbang, maka desain yang dihasilkannya akan kelihatan kurang baik. Misalnya dalam menata busana untuk seseorang, orang yang bertubuh kecil mungil sebaiknya tidak menggunakan tas atau aksesories yang terlalu besar karena terlihat tidak seimbang.

5. Tekstur
Setiap benda mempunyai permukaan yang berbeda-beda, ada yang halus dan ada yang kasar. Tekstur merupakan keadaan permukaan suatu benda atau kesan yang timbul dari apa yang terlihat pada permukaan benda. Tekstur ini dapat diketahui dengan cara melihat atau meraba. Dengan melihat akan tampak pemukaan suatu benda misalnya berkilau, bercahaya, kusam tembus terang, kaku, lemas, dan lain-lain. Sedangkan dengan meraba akan diketahui apakah permukaan suatu benda kasar, halus, tipis, tebal ataupun licin. Tekstur yang bercahaya atau berkilau dapat membuat seseorang kelihatan lebih besar (gemuk), maka bahan tekstil yang bercahaya lebih cocok dipakai oleh orang yang bertubuh kurus sehingga terlihat lebih gemuk. Tekstur bahan yang tembus terang seperti siffon, brokat dan lain-lain kurang cocok dipakai oleh orang yang berbadan gemuk karena memberi kesan bertambah gemuk.

6. Value (Nada Gelap dan Terang)
Benda hanya dapat terlihat karena adanya cahaya, baik cahaya alam maupun cahaya buatan. Jika diamati pada suatu benda terlihat bahwa bagian-bagian permukaan benda tidak diterpa oleh cahaya secara merata, ada bagian yang terang dan ada bagian yang gelap. Hal ini menimbulkan adanya nada gelap terang pada permukaan benda. Nada gelap terang ini disebut dengan istilah value.

7. Warna
Warna merupakan unsur desain yang paling menonjol. Dengan adanya warna menjadikan suatu benda dapat dilihat. Selain itu, warna juga dapat mengungkapkan suasana perasaan atau watak benda yang dirancang. Warna dapat menunjukkan sifat dan watak yang berbeda-beda, bahkan mempunyai variasi yang sangat banyak, yaitu warna muda, warna tua, warna terang, warna gelap, warna redup, dan warna cemerlang. Sedangkan dilihat dari sumbernya, ada warna merah, biru, kuning, hijau, orange, dan lain sebagainya. Tetapi jika disebut warna panas, warna dingin, warna lembut, warna ringan, warna sedih, warna gembira dan sebagainya, ini disebut juga
dengan watak warna.
Warna-warna tua atau warna hitam dapat memberi kesan berat dan menyusutkan  bentuk. Oleh karena itu, apabila kita menata busana untuk seseorang, hendaklah disesuaikan dengan orang tersebut. Misalnya orang yang bertubuh gemuk hendaklah dipilih warna yang tidak terlalu cerah atau warna-warna redup karena warna ini dapat menyusutkan bentuk tubuh yang gemuk tersebut.

a. Pengelompokan warna
Ada  bermacam-macam teori yang berkembang mengenai warna, di antaranya teori Oswolk, Mussel, Prang, Buwster, dan lain-lain. Dari bermacam-macam teori ini yang lazim dipergunakan dalam desain busana dan mudah dalam proses pencampurannya adalah teori warna Prang karena kesederhanaannya. Prang mengelompokkan warna menjadi lima  bagian, yakni warna primer, sekunder, intermedier, tertier, dan kuarter.

1) Warna primer, warna ini disebut juga dengan warna dasar atau pokok karena warna ini tidak dapat diperoleh dengan pencampuran hue lain. Warna primer terdiri dari merah, kuning, dan biru.
2) Warna sekunder, warna ini merupakan hasil pencampuran dari dua warna primer. Warna sekunder terdiri terdiri dari orange, hijau, dan ungu.
a) Warna orange merupakan hasil dari pencampuran warna merah dan warna kuning.
b) Warna hijau merupakan pencampuran dari warna kuning dan biru.
c) Warna ungu adalah hasil pencampuran merah dan biru.

3) Warna intermediet, warna ini dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu dengan mencampurkan warna primer dengan warna sekunder yang berdekatan dalam lingkaran warna atau dengan cara mencampurkan dua warna primer dengan perbandingan 1:2.

 
a) Kuning hijau (KH) 
    adalah hasil pencampuran dari kuning ditambah hijau  atau dua bagian kuning ditambah satu bagian biru (K+K+B)
b) Biru hijau (BH) 
    adalah hasil pencampuran biru ditambah hijau  atau dua bagian biru di tambah satu bagian kuning (B+B+K)
c) Biru ungu (BU) 
    adalah hasil pencampuran biru dengan ungu atau pencampuran dua bagian biru dengan satu bagian merah (B+B+M).
d) Merah ungu (MU) 
    adalah hasil pencampuran merah dengan ungu atau pencampuran dua bagian merah dan satu bagian biru (M+M+B)
e) Merah orange (MO) 
    adalah hasil pencampuran merah dengan orange atau pencampuran dua bagian merah dan satu bagian kuning (M+M+K)
f) Kuning orange (KO) 
    adalah hasil pencampuran kuning dengan orange atau pencampuran dua bagian kuning dan satu bagian merah (K+K+M)

4) Warna tertier
Warna tertier adalah warna yang terjadi apabila dua warna sekunder dicampur. Warna tertier ada tiga, yaitu tertier biru, tertier merah, dan tertier kuning.
a) Tertier biru adalah hasil pencampuran ungu dengan hijau.
b) Tertier merah adalah hasil pencampuran orange dengan ungu.
c) Tertier kuning adalah hasil pencampuran hijau dengan orange.

5) Warna kwarter
Warna kwarter adalah warna yang dihasilkan oleh pencampuran dua warna tertier. Warna kwarter ada tiga, yaitu kwarter hijau, kwarter orange, dan kwarter ungu.
a) Kwarter hijau terjadi karena percampuran tertier biru dengan tertier kuning.
b) Kwarter orange terjadi karena percampuran tertier merah dengan tertier kuning.
c) Kwarter ungu terjadi karena percampuran tertier merah dengan tertier biru.

b. Pembagian Warna Menurut Sifatnya
Warna menurut sifatnya dapat dibagi atas 3 bagian, yaitu sifat panas dan dingin atau hue dari suatu warna, sifat terang dan gelap atau value warna, serta sifat terang dan kusam atau intensitas dari warna.
1) Sifat panas dan dingin
Sifat panas dan dingin suatu warna sangat dipengaruhi oleh huenya. Hue merupakan suatu istilah yang dipakai untuk membedakan suatu warna dengan warna yang lainnya, seperti merah, kuning, biru, dan lainnya. Perbedaan antara merah dan kuning ini adalah perbedaan huenya. Hue dari suatu warna mempunyai sifat panas dan dingin. Warna-warna panas adalah
warna yang berada pada bagian kiri dalam lingkaran warna, yang termasuk dalam warna panas ini yaitu warna yang mengandung unsur merah, kuning, dan jingga. Warna panas ini memberi kesan berarti agresif, menyerang, membangkitkan, gembira, semangat, dan menonjol. Sedangkan warna yang mengandung unsur hijau, biru, ungu disebut warna dingin. Warna dingin lebih bersifat tenang, pasif, tenggelam, melankolis, serta kurang menarik perhatian.
2) Sifat terang dan gelap
Sifat terang dan gelap suatu warna disebut dengan value warna. Value warna ini terdiri atas beberapa tingkat. Untuk mendapatkan value ke arah yang lebih tua dari warna aslinya disebut dengan shade, dilakukan dengan penambahan warna hitam. Sedangkan untuk warna yang lebih muda disebut dengan tint, dilakukan dengan penambahan warna putih.
3) Sifat terang dan kusam
Sifat terang dan kusam suatu warna dipengaruhi oleh kekuatan warna atau intensitasnya. Warna-warna yang mempunyai intensitas kuat akan kelihatan lebih terang, sedangkan warna yang mempunyai intensitas lemah akan terlihat kusam.

c. Kombinasi Warna
Dari berbagai warna yang sudah ada, besar kemungkinan belum ditemui warna yang diinginkan. Oleh sebab itu, warna ini perlu dikombinasikan. Mengkombinasikan warna berarti meletakkan dua warna atau lebih secara berjejer atau bersebelahan. Jenis-jenis kombinasi warna dapat dikelompokkan atas:
1) Kombinasi monokromatis atau kombinasi satu warna yaitu kombinasi satu warna dengan value yang berbeda. Misalnya merah muda dengan merah, hijau muda dengan hijau tua, dll. seperti di bawah ini:


2) Kombinasi analogus yaitu kombinasi warna yang berdekatan letaknya dalam lingkaran warna. Seperti merah dengan merah keorenan, hijau dengan biru kehijauan, dll.


3) Kombinasi warna komplementer yaitu kombinasi warna yang bertentangan letaknya dalam lingkaran warna, seperti merah dengan hijau, biru dengan orange dan kuning dengan ungu.
4) Kombinasi warna split komplementer yaitu kombinasi warna yang terletak pada semua titik yang membentuk huruf Y pada lingkaran warna. Misalnya kuning dengan merah keunguan dan biru keunguan, biru dengan merah keorenan dan kuning keorenan, dan lain-lain.
5) Kombinasi warna double komplementer yaitu kombinasi sepasang warna yang berdampingan dengan sepasang komplementernya. Misalnya kuning orange dan biru ungu.
6) Kombinasi warna segitiga yaitu kombinasi warna yang membentuk segitiga dalam lingkaran warna. Misalnya merah, kuning dan biru. Orange, hijau, dan ungu. Kombinasi warna monokromatis dan kombinasi warna analogus di atas disebut kombinasi warna harmonis, sedangkan kombinasi warna komplementer, split komplementer, double komplementer dan segitiga disebut juga kombinasi warna kontras.

ARTIKEL TERKAIT :

  1. BALAJAR CARA MENDESAIN BUSANA (BAG 1) - Desain Busana 
  2. BALAJAR CARA MENDESAIN BUSANA (BAG 2) - Unsur-unsur Desain Busana
  3. BALAJAR CARA MENDESAIN BUSANA (BAG 3) - Prinsip-Prinsip Desain Busana
  4. BALAJAR CARA MENDESAIN BUSANA (BAG 4) - Alat dan Bahan Untuk Mendesain
  5. BALAJAR CARA MENDESAIN BUSANA (BAG 5) - Anatomi Tubuh untuk Desain
  6. BALAJAR CARA MENDESAIN BUSANA (BAG 6) - Menggambar Bagian-bagian Tubuh
  7. BALAJAR CARA MENDESAIN BUSANA (BAG 7) - Gerakan Tubuh pada Desain Busana
  8. BALAJAR CARA MENDESAIN BUSANA (BAG 8) - Menggambar Bagian-Bagian Busana
  9. BALAJAR CARA MENDESAIN BUSANA (BAG 9) - Pewarnaan dan Penyelesaian Gambar 
 
 
Sumber http://anaarisanti.blogspot.com

BALAJAR CARA MEN DESAIN BUSANA (BAG 3)

PRINSIP-PRINSIP DESAIN BUSANA

D. Prinsip-Prinsip Desain Busana
Untuk dapat menciptakan desain yang lebih baik dan menarik perlu diketahui tentang prinsip-prinsip desain. Adapun prinsip-prinsip desain yaitu:

1. Harmoni
Harmoni adalah prinsip desain yang menimbulkan kesan adanya kesatuan melalui pemilihan dan susunan objek atau ide atau adanya keselarasan dan kesan kesesuaian antara bagian yang satu dengan bagian yang lain dalam suatu benda, atau antara benda yang satu dengan benda lain yang dipadukan. Dalam suatu bentuk, harmoni dapat dicapai melalui kesesuaian setiap unsur yang membentuknya.

2. Proporsi
Proporsi adalah perbandingan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain yang dipadukan. Untuk mendapatkan suatu susunan yang menarik perlu diketahui bagaimana cara menciptakan hubungan jarak yang tepat atau membandingkan ukuran objek yang satu dengan objek yang dipadukan secara proporsional.

3. Balance
Balance atau keseimbangan adalah hubungan yang menyenangkan antar bagian-bagian dalam suatu desain sehingga menghasilkan susunan yang menarik.
Keseimbangan ada 2 yaitu :
  1. Keseimbangan simetris atau formal yaitu sama antara bagian kiri dan kanan serta mempunyai daya tarik yang sama. Keseimbangan ini dapat memberikan rasa tenang, rapi, agung dan abadi.
  2. Keseimbangan asimetris atau informal yaitu keseimbangan yang diciptakan dengan cara menyusun beberapa objek yang tidak serupa tapi mempunyai jumlah perhatian yang sama. Objek ini dapat diletakkan pada jarak yang berbeda dari pusat perhatian. Keseimbangan ini lebih halus dan lembut serta menghasilkan variasi yang lebih banyak dalam susunannya.
4. Irama
Irama dalam desain dapat dirasakan melalui mata. Irama dapat menimbulkan kesan gerak gemulai yang menyambung dari bagian yang satu ke bagian yang lain pada suatu benda, sehingga akan membawa pandangan mata berpindah-pindah dari suatu bagian ke bagian lainnya. Akan tetapi tidak semua pergerakan akan menimbulkan irama. Irama dapat diciptakan melalui:
a. Pengulangan bentuk secara teratur
b. Perubahan atau peralihan ukuran
c. Melalui pancaran atau radiasi

5. Aksen/Center of Interest
Aksen merupakan pusat perhatian yang pertama kali membawa mata pada sesuatu yang penting dalam suatu rancangan. Ada  beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menempatkan aksen:
a. Apa yang akan dijadikan aksen
b. Bagaimana menciptakan aksen
c. Berapa banyak aksen yang dibutuhkan
d. Di mana aksen ditempatkan

6. Unity
Unity atau kesatuan merupakan sesuatu yang memberikan kesan adanya keterpaduan tiap unsurnya. Hal ini tergantung pada bagaimana suatu bagian menunjang bagian yang lain secara selaras sehingga terlihat seperti sebuah benda yang utuh tidak terpisah-pisah. Misalnya leher berbentuk bulat diberi kerah yang berbentuk bulat pula dan begitu juga sebaliknya.


E. Penerapan Unsur dan Prinsip Desain

Dalam mendesain busana unsur-unsur dan prinsip-prinsip desain hendaklah diperhatikan. Kedua elemen tersebut sangat menentukan bagaimana hasil desain busana yang kita buat. Dengan adanya unsur desain kita dapat melihat wujud dari desain yang kita buat dan dengan memperhatikan prinsip-prinsip desain, sebuah desain yang kita ciptakan dapat lebih indah dan sempurna.
Pada desain busana setiap unsur atau karya yang kita tuangkan hendaklah mudah dibaca atau dipahami desainnya oleh orang lain dan sesuai dengan siapa orang yang akan memakainya. Hal ini penting karena setiap orang mempunyai bentuk tubuh yang tidak sama sehingga untuk menutupi kekurangan atau menonjolkan kelebihan si pemakai dapat kita gunakan unsur-unsur dan prinsip-prinsip desain di atas.


a. Penerapan Unsur-Unsur Desain pada Busana
Garis merupakan unsur yang pertama yang sangat penting dalam desain karena dengan garis kita dapat menghasilkan sebuah rancangan busana yang menarik selain unsur-unsur desain lainnya. Garis busana yang perlu diperhatikan yaitu berupa siluet pakaian atau garis luar pakaian dan garis bagian-bagian busana seperti kerah, lengan, garis hias (garis princes, garis empire, dll.) dan lain-lain.
Siluet pakaian dibuat hendaklah disesuaikan dengan bentuk tubuh si pemakai dan sesuai dengan trend mode saat itu. Seperti untuk orang yang bertubuh kurus hendaknya jangan menggunakan siluet I karena memberi kesan lebih kurus, begitu juga sebaliknya orang yang bertubuh gemuk hendaklah menghindari pakaian dengan siluet S karena gelombang-gelombang pada pakaian memberi kesan tambah menggemukkan. 
Begitu juga dengan warna dan tekstur serta unsur-unsur lainnya. Warna dan tekstur ini perlu disesuaikan dengan banyak faktor seperti warna kulit, kesempatan pemakaian, bentuk tubuh dan lain-lain. Jadi, setiap sifat atau watak dari masing-masing unsur dapat dimanfaatkan untuk menutupi kekurangan dan menonjolkan kelebihan yang dimiliki si pemakai.
Seorang perancang atau desainer juga harus mempunyai pengetahuan tentang menjahit agar dapat menuangkan idenya dengan lebih kreatif dan rancangan ini dapat dibuat menjadi sebuah pakaian, dengan kata lain setiap garis-garis busana yang dibuat benar-benar dapat diwujudkan menjadi benda yang sesungguhnya. Jadi, setiap garis atau bentuk yang dirancang tidak hanya indah di atas kertas saja, tetapi orang lain juga dapat memahami desainnya untuk diwujudkan ke bentuk yang sebenarnya.

b. Penerapan Prinsip-Prinsip Desain pada Busana
Setiap unsur-unsur desain disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah rancangan yang indah. Namun ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Agar susunan setiap unsur ini indah maka diperlukan cara-cara tertentu yang dikenal dengan prinsip-prinsip desain sebagaimana sudah dijelaskan terdahulu. Setiap prinsip ini tidak digunakan secara terpisah-pisah melainkan satu kesatuan dalam suatu desain. Prinsipprinsip ini yaitu harmoni, proporsi, balance, irama, aksen, dan unity. Sebuah desain yang dirancang tentunya ada ide-ide yang ditonjolkan. Misalnya ide busana wanita dengan lipit-lipit. Agar busana tersebut terlihat harmoni (serasi), bagian busana hendaklah juga menggunakan lipit yang bila dilihat tidak terlalu berlebihan. Janganlah menggunakan lipit pada rok kemudian kerut pada lengan, tentunya akan terlihat tidak harmoni. Begitu juga garis hias Apabila kita menggunakan garis yang melengkung, sebaiknya juga disesuaikan dengan garis leher atau bentuk kerah dan juga ujung bawah pakaian. Pilihlah kerah atau ujung bawah baju yang bagian ujungnya juga melengkung sehingga terlihat serasi.
Begitu juga dengan prinsip proporsi. Agar setiap bagian terlihat proporsional, susunlah setiap bagian tersebut dengan baik. Misalnya orang yang bertubuh kurus, jangan gunakan motif yang membuatnya tambah kurus atau motif garis vertikal dan lain-lain. Penempatan setiap bagian juga perlu diperhatikan keseimbangannya (balance), misalnya keseimbangan simetris atau asimetris.
Irama pada desain juga perlu diperhatikan. Ada  beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan irama pada desain sebagaimana sudah dijelaskan terdahulu. Kita bisa memilih salah satu irama pada pakaian yang diinginkan misalnya ada pengulangan bentuk seperti ada rimpel kecil yang dibuat pada garis leher maka diberi pengulangannya dengan membuat rimpel kecil juga pada ujung lengan. Kita bisa memilih salah satu irama yang diinginkan. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah adanya kesatuan pada setiap unsur yang ada dalam desain.


ARTIKEL TERKAIT :

  1. BALAJAR CARA MENDESAIN BUSANA (BAG 1) - Desain Busana 
  2. BALAJAR CARA MENDESAIN BUSANA (BAG 2) - Unsur-unsur Desain Busana
  3. BALAJAR CARA MENDESAIN BUSANA (BAG 3) - Prinsip-Prinsip Desain Busana
  4. BALAJAR CARA MENDESAIN BUSANA (BAG 4) - Alat dan Bahan Untuk Mendesain
  5. BALAJAR CARA MENDESAIN BUSANA (BAG 5) - Anatomi Tubuh untuk Desain
  6. BALAJAR CARA MENDESAIN BUSANA (BAG 6) - Menggambar Bagian-bagian Tubuh
  7. BALAJAR CARA MENDESAIN BUSANA (BAG 7) - Gerakan Tubuh pada Desain Busana
  8. BALAJAR CARA MENDESAIN BUSANA (BAG 8) - Menggambar Bagian-Bagian Busana
  9. BALAJAR CARA MENDESAIN BUSANA (BAG 9) - Pewarnaan dan Penyelesaian Gambar 
 
 
Sumber http://anaarisanti.blogspot.com

DAFTAR ISI
Widget by Putra Q-Ae