Nabi Khidir a.s. adalah nabi yang amat
misterius. Pelajarannya pun sangat misterius. Demikian pula cara
berdakwahnya yang berbeda dengan cara berdakwah nabi-nabi yang lain. Hal-hal misterius juga terjadi pada orang-orang yang berupaya bertemu
dengannya. Oleh karena itu, tidak aneh bila orang yang menerima
pelajarannya pun terkadang menjadi bingung.
Pelajaran Nabi Khidir a.s. berupa ilmu hakikat.
Bentuk pelajarannya adalah ijmak dan kias. Makna pelajarannya sangat
dalam. Hal yang menjadikan pelajarannya misterius adalah cara
penyampaiannya yang terkesan aneh dan seakan-akan tidak pada tempatnya.
Oleh sebab itulah, terkadang pelajarannya justru tidak disadari oleh
orang yang belajar kepadanya. Memang pelajaran Nabi Khidir a.s.
ditujukan bagi khaas dan khawas. Hanya kepada
orang-orang yang mampu menerimanya Nabi Khidir a.s. memberikan
pelajarannya. Seandainya kita dapat mengikuti pelajarannya, kita hanya
dapat mengikuti sebagian kecil saja diantaranya. Itu pun setelah kita
mulai mempelajarinya dengan kepasrahan total.
Nabi Khidir a.s. menyampaikan pelajarannya melalui
perbuatan isyarat dan kias. Dalam mempelajarinya diperlukan pemikiran
yang lebih dalam dan penelaahan yang serius melalui pencermatan dan
perenungan terhadap pelajaran itu. Orang-orang yang belum mencapai kelas
Nabi Khidir a.s. pasti menolak pelajaran yang diberikan olehnya. Dan
itulah yang sempat dilakukan oleh Nabi Musa a.s. Beliau menolak
pelajaran Nabi Khidir beberapa kali karena bertentangan dengan isi hati
nuraninya.
Saking tidak enaknya Nabi Musa karena terus-menerus kecele dan salah tafsir, akhirnya ia berkata “Jika
aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka
janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah
cukup memberikan uzur padaku.” {QS. 18:76}. Namun rupanya lagi-lagi Nabi Musa melakukan kesalahan serupa, sehingga Nabi Khidir pun berkata: “Inilah
perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu
tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.” {QS. 18:78}. Maka diberitahulah Nabi Musa oleh Nabi Khidir mengapa tadi sampai ia berbuat demikian {QS. 18:79-82}.
Ketika hendak berpisah, Nabi Musa
a.s. meminta agar Nabi Khidir a.s. memberikannya wasiat. Nabi Khidir
memenuhi permintaan Nabi Musa ini [Permintaan wasiat ini beberapa
diantaranya dikisahkan dalam kitab Al-Bidayah Wan Nihayah juz 1 (hlm. 329) dan Ihya’ Ulumuddin juz IV (hlm. 56)]. Berikut beberapa isi wasiatnya:
- Jadikanlah pakaianmu itu bersumber dari zikir yang berbuah fakir. Perbanyaklah amal kebajikan. Terimalah ilmu yang tidak disampaikan dengan pembicaraan. Suatu hari nanti kamu tidak bisa mengelak dari kesalahan karena akalmu melanggar larangan-Nya. Oleh karena itu, pintalah ridha Allah swt.
- Janganlah selalu menyalahkan orang lain, jangan suka berdebat tentang hal-hal yang tidak perlu, sampaikan ilmumu kepada orang lain yang berhak menerima dengan ikhlas, dan pelajari ilmu-ilmu yang belum kamu pahami.
- Kurangilah usaha duniawi. Terbukalah kepada siapa saja secara lahir dan batin. Bersikaplah arif kepada semua makhluk terutama manusia, karena sifat arif menjadi rahmat bagi alam semesta. Apabila datang orang bodoh mencacimu, hadapilah ia dengan penuh kedewasaan serta keteguhan hati.
- Tahanlah hawa nafsumu dengan mendekatkan diri kepada-Nya. Bersikaplah sabar dalam menerima semua ketentuan dari-Nya. Berantaslah kejahilan serta perbanyaklah bersyukur kepada Allah swt.
- Hiasi wajahmu dengan keceriaan, hiasi kalbumu dengan keikhlasan, dan hiasi jiwamu dengan ketabahan serta kepasrahan.
Sumber: M. Ali. 2011. Rahasia Makrifat Nabi Khidir. Bandung: Oase Publishing House.