Jakarta, Rakyat Merdeka.
Acara Sarasehan Kebangkitan Nasional (SKN) yang saat ini masih digelar
di Gedung Joeang ’45, Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat, juga jadi ajang
ger-geran.
Tak hanya berdiskusi yang banyak mengkritik kebijakan pemerintah, tapi juga banyak sindiran dan guyonan plesetan.
Tak hanya berdiskusi yang banyak mengkritik kebijakan pemerintah, tapi juga banyak sindiran dan guyonan plesetan.
Siapa lagi kalau bukan si ‘Kiai Kanjeng’, Emha Ainun Nadjib. Duduk
berdampingan dengan Amien Rais, Kwik Kian Gie serta Rosihan Anwar, Emha
pas dapat giliran ngomong langsung saja menyambar mikrofon.
“Saya tanya ke Pak Amien dan Pak Kwik. Mana yang besar salahnya, Dekrit Presiden yang dikeluarkan Gus Dur dibanding menyerahkan Blok Cepu ke tangan Amerika?” ucapnya dengan nada serius.
Ditanya begitu, Amien pun menyahut. “Nanti, jawabannya setelah final Piala Dunia saja,” katanya langsung meledak gerr. Semua yang hadir di atas panggung tenda biru juga meringis geli. Sedangkan Kwik Kian Gie hanya mengangguk kepala. Emha pun mengartikan anggukan politisi senior PDIP itu tanda setuju kalau pemerintahan saat ini harus dihentikan.
Dalam obroloannya dengan peserta sarasehan itu, pimpinan kelompok Kiai Kanjeng juga mengaku sedih melihat burung Garuda sebagai lambang negara kita. Ia menyebut, Pancasila sebagai dasar negara adalah simbol nurani bangsa. Nah, kalau sila pertama ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ itu dilambangkan dengan ‘bintang’, ia pun memprotesnya.
“Mana boleh Tuhan Yang Maha Esa dilambangkan sama ‘bintang’. Akibatnya, semua jadi serba identik dengan ‘bintang’. Ada ‘bir bintang’, ada ‘hotel berbintang’. Akhirnya banyak policy yang gila dan teler. Itulah sifat pemerintahan kita. Kalau bahasa arabnya kita sebut ‘majnun’,” beber suami artis Novia Kolopaking ini sambil tersenyum.
Sedangkan gambar ‘pohon beringin’ pada sila ketiga Pancasila, juga dianggap sebagai kesalahan. Kata Emha, lambang pohon beringin itu isinya iblis semua. “Kita tidak bisa menyatukan semua orang di bawah pohon beringin yang banyak setannya. Edan kabeh,” ujarnya menyentil sebuah partai politik yang menggunakan lambang beringin itu.
Sementara, lambang ‘kepala banteng’ untuk sila keempat Pancasila, dikritik Emha simbol kebodohan. Karena, versi dia, banteng itu adalah binatang paling bodoh setelah ayam. Lho?
Sambil berdialog dengan peserta sarasehan, Emhan mengatakan kalau di Indonesia ini banyak matador-matador yang siap menipu banteng dan bangsa ini. Istilahnya, banteng tertipu oleh matador.
“Saya memang kritis terhadap Ibu Megawati (bekas Presiden dan Ketua Umum PDIP), tapi saya nggak pernah mau menunjukkan. Saya tanya sampeyan, bagaimana kalau pantat Anda besar, kan tidak perlu ditunjuk-tunjukkan lagi karena sudah kelihatan,” sindirnya.
Karena itu, sambung Emha lagi, kalau matador-matador ganas seperti itu tidak kita lawan bersama-sama, lupakan saja Amien Rais, lupakan saja Kwik Kian Gie dan bubarkan saja Indonesia.
Diakhir celotehannya itu, ‘Kiai Mbeling’ ini hanya berujar singkat. “Alhamdulillah kalau ada yang merasa tersindir,” ucapnya langsung disambut ketawa hadirin.
Terima kasih Anda telah membaca Guyonan Cak Nun. Mungkin Anda tertarik ingin membaca artikel ©Kejahatan dan Kemuliaan yang lainya?
“Saya tanya ke Pak Amien dan Pak Kwik. Mana yang besar salahnya, Dekrit Presiden yang dikeluarkan Gus Dur dibanding menyerahkan Blok Cepu ke tangan Amerika?” ucapnya dengan nada serius.
Ditanya begitu, Amien pun menyahut. “Nanti, jawabannya setelah final Piala Dunia saja,” katanya langsung meledak gerr. Semua yang hadir di atas panggung tenda biru juga meringis geli. Sedangkan Kwik Kian Gie hanya mengangguk kepala. Emha pun mengartikan anggukan politisi senior PDIP itu tanda setuju kalau pemerintahan saat ini harus dihentikan.
Dalam obroloannya dengan peserta sarasehan itu, pimpinan kelompok Kiai Kanjeng juga mengaku sedih melihat burung Garuda sebagai lambang negara kita. Ia menyebut, Pancasila sebagai dasar negara adalah simbol nurani bangsa. Nah, kalau sila pertama ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ itu dilambangkan dengan ‘bintang’, ia pun memprotesnya.
“Mana boleh Tuhan Yang Maha Esa dilambangkan sama ‘bintang’. Akibatnya, semua jadi serba identik dengan ‘bintang’. Ada ‘bir bintang’, ada ‘hotel berbintang’. Akhirnya banyak policy yang gila dan teler. Itulah sifat pemerintahan kita. Kalau bahasa arabnya kita sebut ‘majnun’,” beber suami artis Novia Kolopaking ini sambil tersenyum.
Sedangkan gambar ‘pohon beringin’ pada sila ketiga Pancasila, juga dianggap sebagai kesalahan. Kata Emha, lambang pohon beringin itu isinya iblis semua. “Kita tidak bisa menyatukan semua orang di bawah pohon beringin yang banyak setannya. Edan kabeh,” ujarnya menyentil sebuah partai politik yang menggunakan lambang beringin itu.
Sementara, lambang ‘kepala banteng’ untuk sila keempat Pancasila, dikritik Emha simbol kebodohan. Karena, versi dia, banteng itu adalah binatang paling bodoh setelah ayam. Lho?
Sambil berdialog dengan peserta sarasehan, Emhan mengatakan kalau di Indonesia ini banyak matador-matador yang siap menipu banteng dan bangsa ini. Istilahnya, banteng tertipu oleh matador.
“Saya memang kritis terhadap Ibu Megawati (bekas Presiden dan Ketua Umum PDIP), tapi saya nggak pernah mau menunjukkan. Saya tanya sampeyan, bagaimana kalau pantat Anda besar, kan tidak perlu ditunjuk-tunjukkan lagi karena sudah kelihatan,” sindirnya.
Karena itu, sambung Emha lagi, kalau matador-matador ganas seperti itu tidak kita lawan bersama-sama, lupakan saja Amien Rais, lupakan saja Kwik Kian Gie dan bubarkan saja Indonesia.
Diakhir celotehannya itu, ‘Kiai Mbeling’ ini hanya berujar singkat. “Alhamdulillah kalau ada yang merasa tersindir,” ucapnya langsung disambut ketawa hadirin.