Di wilayah Madiun dan
sekitarnya terdapat beberapa kelurahan dan desa yang dahulu kala pada masa
pemerintahan Kesultanan Mataram berstatus sebagai tanah perdikan yang di
bebaskan dari segala kewajiban pajak atau upeti karena daerah tersebut memiliki
kekhususan tertentu dan berhak mengurus rumah tangganya sendiri, yaitu tanah
perdikan Taman, Kuncen (Demangan), Kuncen (Caruban), Sewulan, Banjarsari,
Giripurno (Magetan), Tegalsari (Ponorogo) dan Pacalan (Magetan).
1. Tanah Perdikan Kuncen
Pada masa penaklukan Mancanegara Timur oleh
Mataram, terjadi banyak korban dikedua belah pihak prajurit, Pusat peperangan
terjadi di sekitar sendang dekat istana Kabupaten di Wonorejo (kuncen),
korban-korban tersebut dimakamkan di sekitar sendang. Panembahan Senopati
memberi otonomi luas pada daerah ini, dan mengangkat Juru kunci untuk
memelihara dan menjaga makam. Itulah sebabnya daerah ini disebut “Kuncen”.
Desa Perdikan Kuncen terletak di arah barat
laut Desa Demangan (bekas Ibukota Wonosari atau pindahan Wonorejo), perlu
diketahui, setelah Wonorejo hancur akibat perang, pusat pemerintahan bupati
bergeser ke timur yakni menempati kutho miring (Demangan).
Makam Kuncen hingga saat ini masih di hormati
dan dikeramatkan masyarakat Madiun, para bupati Madiun yang di makamkan disini
pada umumnya bergelar Mangkunegoro, yaitu :
1. Mangkunegoro I (Raden Mas Bagus Petak atau Pangeran
Adipati Djuminah),
2. Mangkunegoro II (Raden Mas keniten atau Pangeran Adipati
Martoloyo),
3. Mangkunegoro III (Raden Kyai Irodikromo ),
4. Mangkunegoro IV.
Sesuai daftar silsilah Bupati Madiun, para
pejabat dan bangsawan yang di makamkan disini adalah keturunan dari Pangeran
Timur. Selain itu juga ada makam Kyai Grubug, beliau berasal dari Banten dan
sebagai pengasuh keluarga Bupati Mangkunegoro I.
Hingga kini ada 14 kyai yang memimpin Desa
Perdikan Kuncen, yaitu :
1. Kyai Grubug,
2. Kyai Semin I,
3. Kyai Semin II,
4. Kyai Semin III,
5. Kyai Semin IV,
6. Kyai Djodo,
7. Kyai Mat Ngarif,
8. Kyai Darsono,
9. Kyai Sutopo,
10. Kyai Karsono, dan
11. Kyai Kentjono
Selain Makam Kuncen, disini juga ada Masjid
tertua di Madiun, yaitu Masjid Nur Hidayatullah, artefak-artefak disekeliling
masjid, makam Mangkunegoro, serta sendang (tempat pemandian) yang dihormati dan
keramat. Sejak tahun 2006 dilaksanakan kembali tradisi mataraman, yaitu grebeg maulud
Nabi Muhamad, SAW dengan acara kirab gunungan jaler dan gunungan estri dengan
dinaikan ke kereta kuda dari Masjid Kuncen menuju ke Masjid Donopuro Taman,
atau dari Alun-alun Madiun menuju ke Masjid Taman.
Terima kasih Anda telah membaca Babad MADIUN (bagian 14). Mungkin Anda tertarik ingin membaca artikel ©Kejahatan dan Kemuliaan yang lainya?