Berdasarkan peta wilayah Kerajaan
Medang saat itu tidak mengenal pembagian Jabar, Jateng dan Jatim. Demikian juga
dengan pusat Kerajaan Medang, tidak mengenal pembagian wilayah Pulau Jawa
produk penjajah Belanda. Dari berbagai situs yang di temukan para ahli
arkeologi, pusat Kerajaan Medang berpindah-pindah, baik di daerah Jateng
sekarang hingga bergeser ke kawasan Jawa timur yaitu Jombang dan Madiun. BHUMI
Mataram adalah sebutan lama untuk Yogyakarta dan sekitarnya. Di daerah inilah
untuk pertama kalinya istana Kerajaan Medang di perkirakan berdiri (Rajya
Medang i Bhumi Mataram).
Nama ini di temukan dalam beberapa
prasasti misalnya, Prasasti Minto dan prasasti Anjukladang. Istilah Mataram
kemudian lazim dipakai untuk menyebut nama kerajaan secara keseluruhan,
meskipun tidak selamanya kerajaan ini berpusat di sana. Sesungguhnya pusat
Kerajaan Medang pernah mengalami beberapa kali perpindahan, dan bahkan sampai
ke daerah Jawa timur sekarang. Karena itu dalam sejarah Mataram Kuno atau
Kerajaan Medang di kenal dua periode pusat kerajaan, yaitu periode Jawa tengah
dan periode Jawa timur.
Beberapa daerah yang pernah menjadi
lokasi istana Kerajaan Medang berdasarkan prasasti-prasasti yang telah di
temukan antara lain :
•
Medang i Bhumi Mataram (zaman
Sanjaya)
•
Medang i Mamrati (zaman Rakai
Pikatan)
•
Medang i Poh Pitu (zaman Dyah
Balitung)
•
Medang i Bhumi Mataram (zaman Dyah
Wawa)
•
Medang i Tmwlang (zaman Mpu Sindok)
•
Medang i Watu Galuh (zaman Mpu
Sindok)
•
Medang i Wwatan (zaman Dharmawangsa
Teguh)
Menurut perkiraan, Mataram terletak
di daerah Yogyakarta sekarang. Mamrati dan Poh Pitu di perkirakan terletak di
daerah Kedu.
Sementara itu Tamwlang sekarang di
sebut dengan Tembelang, sedangkan Watugaluh sekarang di sebut Megaluh, yang
keduanya terletak di daerah Jombang. Dan istana terakhir yaitu Wwatan, sekarang
di sebut dengan nama Wotan yang terletak di dearah Madiun.
Awal Berdirinya Kerajaan Prasasti
atas nama Dyah Balitung (Rahyang tarumuhun ri Medang ri Poh Pitu) menyebutkan
dengan jelas bahwa raja pertama Kerajaan Medang adalah Rakai Mataram Sang Ratu
Sanjaya. Sanjaya menggeluarkan prasasti Canggal tahun 732, namun tidak
menyebutkan dengan jelas apa nama kerajaannya. Ia hanya memberitakan adanya
raja lain yang memerintah Pulau Jawa sebelum dirinya, bernama Raja Sanna.
Sepeninggal Sanna, Negara menjadi kacau, Sanjaya kemudian tampil menjadi raja
atas dukungan ibunya, yaitu Sannaha yang merupakan saudara perempuan dari Raja
Sanna. Nama Sanna tidak terdapat dalam daftar para raja versi prasasti Mantyasih.
Bisa jadi ia memang bukan raja Kerajaan Medang. Kemungkinan besar riwayat
Sanjaya mirip dengan Raden Wijaya (pendiri Kerajaan Majapahit akhir abad ke-13)
yang mengaku sebagai penerus takhta Kertanagara raja Singhasari, namun
memerintah sebuah kerajaan baru dan berbeda.
Kisah hidup Sanjaya secara panjang
lebar terdapat dalam Carita Parahyangan yang baru di tulis ratusan tahun
setelah kematiannya sekitar abad ke-16.
Sumber: http://id.shvoong.com/law-and-politics/1973285-kerajaan-mataram-kuno-medang-pernah/#ixzz1feeACkZX
Terima kasih Anda telah membaca Babad MADIUN (bagian 25). Mungkin Anda tertarik ingin membaca artikel ©Kejahatan dan Kemuliaan yang lainya?