Setelah Perjanjian
Gianti Pangeran Ronggo Prawirosentiko di angkat sebagai Bupati Wedana di
Madiun, dengan nama baru Ronggo Prawirodirjo dan berkedudukan di istana lama di
Kranggan.
Masa pemerintahan
Ronggo Prawirodirjo I, dibangun istana baru di Desa Wonosari, sebelah utara
kali catur, tidak jauh dari istana Kranggan. Istana ini digunakan sebagai
kantor Dinas Bupati Wedono. Menurut buku ”De Stand der Voedingsmidellen” oleh
De Vorstenlanden.
Struktur pemerintahan
pada waktu itu terdiri dari :
1.
Bupati : dibantu kerabat (kaum
sentana) sebagai pemegang policy daerah serta
penerus perintah dari Pusat.
penerus perintah dari Pusat.
2.
Patih : petugas pokok
mengemudikan jalannya pemerintahan sehari-hari
3.
Mantri Besar : petugas pembagi
pekerjaan negara dan sekaligus mengawasi
4.
Mantri : terdiri beberapa
orang Mantri yang menguasai di bidang masing-masing yaitu, Mantri Praja, Mantri
Tani, Mantri Keuangan, Mantri Hukum
5.
Beberapa Pegawai Istana
Kelima jajaran itu
disebut Kaum Priyayi
Pada tingkat Desa
susunannya adalah :
1.
Bekel (Kepala Desa) : Pejabat
pemerintahan di Desa
2.
Carik : pelaksana jalannya
pemerintahan
3.
Kebayan : memberi perintah
dan menarik pajak
4.
Kepetengan : Mengatur keamanan
desa
5.
Modin : urusan keagamaan
(islam) perkawinan, kelahiran dan kematian
Beberapa desa yang berdekatan, dibentuk seorang DEMANG dengan tugas sebagai koordinator dari para Bekel dan beberapa Kademangan di bentuklah seorang Koordinator yaitu, PALANG atau disebut juga Lurah Palang.
Dalam Buku ”Kebudayaan Islam” oleh Mohammad Natsir mengutarakan bahwa, pertemuan pejabat-pejabat tertentu biasanya dilaksanakan pada hari Senin, Rabu dan Sabtu. Bertempat di Pendopo istana atau disebut Mandapan (mandapa, Pendapa)
Tahun 1784 Ronggo
Prawirodirjo I wafat dan dimakamkan di Pemakaman Taman yang kemudian oleh
Sultan Hamengku Buwono ditetapkan sebagai Tanah Perdikan. Raden Mangundirjo
putra dari Ronggo Prawirodirjo I, naik tahta menggantikan ayahnya sebagai
Bupati Wedono Mancanegara Timur bergelar Ronggo Prawirodirjo II (1784-1797)
selama 13 tahun sebagai bupati ke 15. Selain berkedudukan di Istana lama,
Kranggan beliau juga membangun kembali Istana Wonosari (Kuncen) sebagai Istana
Bupati Wedono Madiun. Raden Mangundirjo, adalah seorang yang pemberani, cakap
dan lincah. Beliau memperistri Putri Sultan Hamengkubuwono I.
Ronggo Prawirodirjo
III (1797-1810) Bupati ke 16 adalah putra dari Ronggo Prawirodirjo II, beliau
juga menantu Sultan Hamengku Buwono II atau suami dari Gusti Kanjeng Ratu
Maduretno, di samping menjadi bupati beliau juga sebagai penasehat
Hamengkubowono II bersama Adipati Danurejo II dan Tumenggung Sumodiningrat. Ada
14 Bupati Brang wetan yang berada di bawah pengawasannya, pusat pemerintahannya
di Istana Maospati namun beliau sering menetap di Yogyakarta. Beliau mempunyai
3 istana yaitu Yogyakarta, Maospati dan Wonosari.
Ronggo Prawirodirjo
III gugur saat perang melawan Pasukan Yogyakarta, atas kehendak Belanda di
Kertosono (17-12-1810), kemudian dimakamkan di pemakaman Banyu Sumurup. Tahun
1957 oleh Sultan Hamengku Buwono IX, Ronggo Prawirodirjo III dimakamkan kembali
di Pemakaman Giripurno, Gunung Bancak disamping makam Permaisurinya yaitu GKR
Maduretno dan dinyatakan sebagai pejuang perintis melawan penjajahan Belanda.
Terima kasih Anda telah membaca Babad MADIUN (bagian 8). Mungkin Anda tertarik ingin membaca artikel ©Kejahatan dan Kemuliaan yang lainya?