Kerajaan Majapahit
yang telah dikudeta oleh Girindrawardana tahun 1478 M dengan pusat pemerintahan
di Daha, Kediri, dapat di taklukan oleh Pasukan Demak yang dipimpin oleh Sunan
Kudus tahun 1527 M, kemudian penaklukan melebar ke wilayah timur diantaranya
Tuban, Wirasaba (Mojoagung) tahun 1528 M, Gegelang (selatan Madiun) tahun 1929
M dan wilayah kerajaan-kerajaan kecil bekas Majapahit lainnya.
Pada akhir Pemerintahan Majapahit
atau Masa kejayaan Kasultanan Demak Bintoro di wilayah Madiun selatan terdapat
Kadipaten Gegelang atau Ngurawan yang didirikan oleh Pangeran Adipati Gugur
salah satu putra Prabu Brawijaya V, yang
tentunya masih setia pada Majapahit. Dengan perkawinan putra mahkota
Demak Pangeran Surya Pati Unus dengan Raden Ayu Retno Lembah putri dari
Pangeran Adipati Gugur yang berkuasa di Ngurawan (mungkin Dolopo sekarang) maka
pusat pemerintahan dipindahkan dari Ngurawan ke Desa Sogaten dengan nama baru
yaitu Purabaya.
Pangeran Surya Pati Unus menduduki
Tahta Kabupaten Purabaya menggantikan Kyai Ageng Reksogati yang sebelumnya
diangkat oleh Kasultanan Demak sebagai pemimpin sekaligus penyebar agama Islam
di wilayah Sogaten mulai tahun 1518 (Sogaten = tempat Kyai Reksogati)
berdasarkan penduduk setempat istana Purabaya di Sogaten disebut Bale kambang
dan terdapat pula dusun Santren (mungkin dulu tempat Pesantren Kyai Reksogati). Kyai Reksogati inilah yang dianggap
sebagai cikal bakal berdirinya Kabupaten Madiun.
Sultan
Trenggono adalah Sultan Demak ketiga, sekaligus juga yang terakhir. Beliau
mangkat pada tahun 1546 di medan perang dalam usahanya menaklukkan daerah
Pasuruan di Jawa Timur. Peristiwa tersebut membawa akibat timbulnya perang
saudara antar keturunan daerah Demak untuk memperebutkan tahta kerajaan.
Sultan
Prawata, putra sulung Sultan Trenggono gugur dalam perebutan tahta itu. Tinggallah
Pangeran Hadiri dan Pangeran Adiwijaya. Keduanya sama-sama menantu dari Sultan
Trenggono. Yang keluar sebagai pemenangnya adalah Pangeran Adiwijaya.
Atas
restu Sunan Kudus, Pangeran Adiwijaya ditetapkan sebagai Sultan dan menetapkan
Pajang sebagai pusat kerajaan.
Alasan pemindahan
tempat pusat pemerintahan itu karena Demak telah dirasa “tercemar darah perang
saudara”. Pengawasan Kasultanan Demak di Purabaya di bawah Kyai Reksa Gati,
kemudian membuka dan mewarnai Sejarah Awal Kabupaten Madiun, sebagai Bupati
yang Pertama (ke I) di Madiun dengan masa jabatan antara tahun 1568 sampai
1586.
Bersamaan
dengan penobatan Sultan Adiwijaya sebagai Sultan Pajang, dilantik pula adik
ipar sultan, yaitu putra bungsu Sultan Trenggono yang bernama Pangeran Timur
sebagai Bupati di Purabaya yang sekarang disebut Kabupaten Madiun pada tanggal
18 Juli 1568 M. Pemerintahan berpusat di Desa Sogaten, Sidomulyo dan
sekitarnya. Sejak saat itu secara yuridis formal Kabupaten Purabaya menjadi
suatu wilayah pemerintahan Kabupaten di bawah Kasultanan Pajang (sebagai
penerus Demak).
Pada tahun 1575 M
pusat pemerintahan dipindahkan dari Sogaten ke Desa Wonosari/Wonorejo di sebut
juga Kutho Miring (Kuncen/Demangan) yang letaknya lebih strategis karena diapit
2 sungai yaitu Kali Catur dan Nggandong, sampai tahun 1590 M.
Setelah
Pangeran Adiwijaya mangkat karena usianya yang sudah tua, pusat pemerintahan
berpindah ke Kerajaan Mataram yang didirikan oleh Danang Sutowijoyo atau yang
lebih populer disebut Panembahan Senopati. Ia adalah putra sulung Pangeran
Adiwijaya. Konon, Panembahan Senopati berwajah tampan, kemauannya keras dan
pandai berperang. Sebagai seorang raja besar, Panembahan Senopati bercita-cita
hendak menaklukkan para bupati di seluruh Tanah Jawa di bawah panji-panji Mataram.
Pada tahun 1586 M Kesultanan
Pajang Runtuh akibat adanya konflik internal dan serangan dari Mataram, maka
Panembahan Rama (sebutan lain pangeran Timur) menyatakan bahwa Purabaya adalah
kabupaten bebas yang tidak terikat dengan hierarki Mataram, dengan tidak
tunduknya Purabaya pada Panembahan Senopati, maka Mataram segera mengirim
expedisi militer untuk menaklukan Purabaya sebagai pimpinan Kabupaten
Mancanegara Timur (Brang wetan), tahun 1586 dan 1587 M.
Dalam ekspedisi
tersebut prajurit Mataram selalu menderita kekalahan yang cukup berat. Prajurit
Purabaya dan sekutu dipimpin oleh salah seorang prajurit wanita, yaitu putri
Panembahan Rama, Raden Ayu Retno Dumilah. Panembahan Rama dan Retno Dumilah
memimpin seluruh prajurit gabungan Kabupaten Mancanegara Timur diantaranya,
Kabupaten Surabaya, Pasuruan, Kediri, Panaraga, Kedu, Brebek, Pakis, Kertosono,
Ngrowo, Blitar, Trenggalek, Tulung, Jogorogo dan Caruban.
Pada tahun 1590 M,
dengan berpura-pura menyatakan takluk dalam versi lain atas saran Ki Mandaraka
(Ki Juru Mertani) Panembahan Senopati mengutus seorang dayang cantik jelita
bernama Nyai Adisara untuk menyatakan kekalahan dengan membawa surat takluk dan
sebagai tanda, Nyai Adisara membasuh kaki Panembahan Rama yang airnya nanti
digunakan untuk siram jamas Panembahan Senopati, hal ini membuat Pasukan
Purabaya dan sekutunya terlena, maka pasukan sekutu berangsur-angsur pulang ke
daerahnya masing-masing.
Dengan ahli strategi
Ki Juru Mertani yang didukung 4000 prajurit Mataram telah siap di barat Kali
Madiun untuk menyerang pusat istana Kabupaten Purabaya, terjadilah perang
hebat, hingga pada sore hari prajurit Madiun kalah dan banyak yang melarikan
diri ke timur, tinggalah Raden Ayu Retno Dumilah yang ditugaskan untuk
mempertahankan Purabaya, dengan di bekali pusaka Keris Kala Gumarang dan
sejumlah kecil prajurit yang tersisa, Retno Dumilah Madeg Senopati Perang.
Perang tanding
terjadi antara Sutawijaya dengan Raden Ayu Retno Dumilah terjadi disekitar
sendang di dekat istana Wonosari/Wonorejo (Kuncen/Demangan). Pusaka Keris Kala
Gumarang berhasil direbut oleh Sutawijaya dan melalui bujuk rayunya, Raden Ayu
Retno Dumilah dipersunting oleh Sutawijaya kemudian diboyong ke istana Mataram
sedangkan Panembahan Rama melarikan diri ke Surabaya.
Sebagai peringatan
penguasaan Mataram atas Purabaya tersebut maka pada hari Jum’at Legi tanggal 16
Nopember 1590 Masehi nama “Purabaya” diganti menjadi “Mbediyun ” atau Mediun.
Terima kasih Anda telah membaca Babad MADIUN (bagian 4). Mungkin Anda tertarik ingin membaca artikel ©Kejahatan dan Kemuliaan yang lainya?